Kesehatan Reproduksi Remaja (Seksualitas Pada Remaja, Kehamilan Pada Remaja, Peran Orang Tua Pada Masa Remaja)

 ( Seksualitas Pada Remaja, Kehamilan Pada Remaja, Peran Orang Tua Pada Masa Remaja)

Oleh : Rizka Ngaristy (2021270051)

Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak – kanak ke masa dewasa. Menurut WHO batasan usia remaja adalah 10 hinggah 19 tahun. Batasan usia remaja yang digunakan kementrian RI adalah berdasarkan Undang – undang Republik Indonesia no 35 tahun 2014 dan Peraturan Menteri Kesehatan no 25 tahun 2014 yaitu 10 hingga 18 tahun, sedangkan batasan usia remaja antara 10 – 24 tahun dan belum menikah (BKKBN).

Masa remaja adalah masa peralihan dari anak – anak menuju dewasa, yang ditandai oleh perubahan – perubahan fisik yang mendahului kematangan seksual. Seiring dengna perubahan fisik dimulai juga proses perkembangan psikologisnya. 

Remaja secara kematangan organ reproduksi sebagian sudah bisa berfungsi dan bereproduksi, namun secara sosial, mental dan emosi mereka belum dewasa. Mereka akan banyak mengalami masalah apabila pendidikan dan pengarahan seksualitas dan reproduksi mereka terabaikan. 

Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut system, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata – mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial kultural (WHO). Di Indonesia hal tentang kesehatan reproduksi diatur dalam Peraturan Pemerintah no. 61 tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi.

Seksualitas Pada Remaja

Seks pranikah, hubungan seksual pranikah adalah hubungan seksual yang dilakukan remaja tanpa ikatan pernikahan yang sah. Penyebabnya antara lain:

Kemajuan teknologi

Kemajuan teknologi memudahkan remaja mendapatkan akses terhadap pornografi yang dapat menimbulkan hasrat seksual.

Pengaruh lingkungan 

Lingkungan dan pertemanan remaja yang tidak baik seperti merokok, minum minuman alcohol, NAPZA, gaya berpacaran yang tidak sehat membuat remaja akan lebih mudah menjerumuskan remaja pada perilaku seks pranikah.

Gaya berpacaran yang tidak sehat

Aktivitas dalam berpacaran yang tidak sehat dapat menjerumuskan remaja kedalam seks pranikah akibat tidak dapat menahan hasrat seksual. Tahapan aktivitas dalam berpacaran yang tidak sehat adalah:

Kissing

Kissing (berciuman) yaitu perilaku menyentuhkan dua bibir yang didorong oleh hasrat seksual. Terdapat ragam ciuman, mulai dari sentuhan pelan sampai ciuman seperti French kiss yang menggunakan lidah.

Necking

Necking merupakan perilaku bercumbu, namun tidak sampai mempertemukan alat kelamin. Bentuknya bisa berupa berpelukan, memegang payudara atau alat kelamin, bahkan sampai melakukan oral seks pada alat kelamin tetapi belum bersenggama. Tangan yang kotor saat melakukan necking dapat menyebarkan berbagai penyakit.

Petting

Petting adalah kegiatan bercumbu sampai menempelkan alat kelamin namun belum sampai tahap bersenggama atau masuknya penis ke dalam vagina. Petting tahapannya sampai pada menggesek – gesekan alat kelamin dengan pasangan. Jika pasangan berpacaran sudah melakukan petting, sulit untuk menghindari intercourse atau hubungan seksual. 

Intercourse

Intercourse merupakan hubungan kelamin atau persetubuhan. Pada intercourse, pasangan telah melakukan kontak seksual layaknya orang yang sudah menikah.

Beberapa dampak dari perilaku hubungan seks pranikah, antara lain: kehamilan tidak diinginkan, putus sekolah, menjadi orang tua tunggal, aborsi, infeksi menular seksual, serta meningkatkan risiko terkena kanker leher Rahim.

Upaya untuk menghindari seks pranikah antara lain:

Memiliki pondasi keimanan yang kuat

Komunikasi yang baik dan informasi yang tepat mengenai pendidikan seks yang didapat dari orang tua dan pendidik

Memilih teman pergaulan melalui komunitas kegiatan positif

Hindari menonton film pornografi dan pembicaraan yang berbau seksual.

Kehamilan Remaja

Pada kehamilan remaja baik yang diinginkan maupun yang tidak diinginkan sama sama mempunyai banyak resiko. Remaja yang hamil dibawah usia 21 tahun akan terjadi hal – hal ini:

Dampak pada ibu

Risiko kematian ibu

makin muda remaja perempuan mengalami kehamilan, maka makin berisiko bagi persalinan dan anak yang dikandungnya. Pada ibu, risiko kematian atau komplikasi dalam kehamilan dan persalinan (perdarahan, keguguran, persalinan premature, lama dan sulit) akan meningkat dikarenakan organ reproduksinya belum siap untuk menjalani proses persalinan. Apabila terjadi keguguran dan penanganan tidak sesuai prosedur dapat meningkatkan risiko infeksi yang dapat menyebabkan komplikasi lain seperti infeksi, kemandulan dan kematian ibu.

Tekana darah tinggi dan keracunan dalam kehamilan

Perempuan yang hamil di masa remaja berisiko lebih tinggi mengidap tekanan darah tinggi dan keracunan kehamilan.

Depresi pasca – melahirkan (baby blues syndrome)

Remaja perempuan lebih berisiko mengalami depresi pasca melahirkan karena merasa tidak siap, terutama jika tidak mendapat dukungan dari keluarga dan/ atau pasangan. Depresi berisiko membuat remaja tidak mampu merawat bayinya dengan baik. Remaja perempuan yang mengalami kehamilan yang tidak direncanakan juga sering menghadapi tekanan dari banyak pihak dalam berbagai bentuk. Misalnya desakan untuk menggugurkan kandungan, ketakutan akan penghakiman dari masyarakat, atau kekhawatiran akan kemampuan finansial mengurus bayi di masa depan.

Aborsi

Aborsi adalah pengeluaran janin dari Rahim secara spontan atau sengaja sebelum usia kehamilan 22 minggu. Bahaya aborsi illegal bagi kesehatan remaja:

Kematian akibat perdarahan hebat

Infeksi dirahim dan sekitarnya

Kerusakan leher rahim

Meningkatkan risiko terjadinya kemandulan

Berdampak negative pada psikologis remaja yang bersangkutan, seperti kehilangan harga diri, perasaan bersalah, dll.

Dampak pada bayi

Bayi lahir premature

Remaja yang mengandung di bawah usia 21 tahun memang lebih berisiko untuk melahirkan bayi premature.

Bayi berat badan lahir rendah/ BBLR (kurang dari 2.500 gr)

Perempuan yang hamil di usia terlalu muda berisiko tinggi melahirkan bayi BBLR sehingga membutuhkan perawatan khusus, terutama untuk membantunya bernapas setelah dilahirkan.

Risiko kelainan pada bayi

Kebutuhan nutrisi yang tidak tercukupi dengan baik dapat menyebabkan kelainan atau cacat fisik sejak lahir.

Peran Orang Tua pada Remaja

Peran orang tua

Menanamkan pola asuh yang baik pada anak sejak dini

Membekali anak dengan dasar moral dan agama

Berkomunikasi yang baik dan efektif antara orangtua dan anak

Menjadi tokoh panutan bagi anak

Peran pendidik/ guru

Memberikan informasi yang benar bagi siswanya terkait masalah yang rentan dihadapi remaja

Memberikan keleluasaan siswa untuk mengekspresikan diri pada kegiatan ekstrakulikuler

Menciptakan kondisi sekolah yang nyaman dan aman bagi siswa

Bersahabat dengan siswa

Meningkatkan deteksi dini terjadinya perilaku yang menyimpang pada remaja.

Peran media 

Sajikan tayangan yang mendidik bukan menjerumuskan

Tidak menayangkan sinetron atau film yang cenderung memprovokasi remaja untuk melakukan tindakan menyimpang termasuk seks bebas

Bertanggung jawab menyajikan tayangan yang layak untuk ditonton bagi remaja

Adanya rubric khusus dalam media masa (cetak, elektronik) yang bebas biaya khusus untuk remaja.

Saat ini khususnya di Wonosobo angka kelahiran pranikah sangat tingi, menurut saya hal ini terjadi karena kurangnya pemahaman dan pengetahuan remaja terhadap kesehatan reproduksinya akibat dari pergaulan yang tidak sehat dan pola pikir untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi masi rendah, dan akibat dari buruknya pola asuh orangtua remaja itu sendiri sedari kecil, seperti tidak menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif, terbuka satu sama lain, saling cinta dan mengasihi, serta kurangnya dukungan dari orang tua untuk mengembangkan potensi yang ada pada remaja.

Kita sebagai remaja yang merupakan agen of change untuk menghindari kehamilan tidak diinginkan yaitu:

Mengikuti kegiatan – kegiatan yang positif

Perbanyak informasi yang penting dan berguna untuk pengembangan diri

Lebih berhati hati dalam menyerap informasi dari sumber yang tidak jelas

Hati – hati dalam pergaulan dan memilih teman, karena bisa jadi teman dekat yang dapat menjerumuskan untuk melakukan seks bebas sehingga berujung pada KTD.

Bagaimana bila sudah terjadi KDT?

Sebaiknya beritahu kehamilan yang terjadi pada orang yang dipercaya, terutama keluarga (orang tua) kedua belah pihak

Tetap mempertahankan kehamilan

Perlu dipikirkan apakah akan menikah, membesarkan anak seorang diri, ataupun memberikan anak tersebut untuk diadopsi (biasanya hal ini berlaku untuk kasus seperti pemerkosaan dan kekerasan). Jika dirawat sendiri maka remaja harus siap secara ekonomi, psikis, dan sosial

Tidak meneruskan kehamilan

Perlu dipertimbangkan risiko yang terjadi, kemungkinan timbulnya penyesalan dan perasaan bersalah, kemungkinan terjadinya infeksi yang dapat mengakibatkan peradangan dan risiko kemungkinan mandul. Maka, carilah informasi yang benar agar tahu untuk mencari pertolongan yang tepat dan aman.

Bagi mereka yang mengalami KTD, dukungan lingkungan sangat diperlukan. Kepedulian, perhatian serta pengertian sangat dibutuhkan khususnya bagi remaja

Bagi para remaja, mulailah untuk bertanggung jawab terhadap diri sendiri karena masa depan berada di tangan remaja itu sendiri. Hargailah dirimu sendiri dan mulai belajar untuk mempertimbangkan segala tindakan dengan  matang – matang dan jangan menutup diri terhadap nasehat atau masukan positif dari lingkungan sekitar.

Sumber : BKKBN, Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah Seri Pertumbuhan dan Perkembangan KESPRO Remaja, 2018

Komentar

Postingan Populer