Aksi Kaum Muda Mewujudkan Wonosobo Berdaya Saing, Maju dan Sejahtera di Era Bonus Demografi Kaitanya dengan Masalah Stunting
Aksi Kaum Muda Mewujudkan Wonosobo
Berdaya Saing, Maju dan Sejahtera
Oleh: Rizka Ngaristy
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT. Atas karunia-Nya saya telah dapat menyusun makalah “Aksi Kaum Muda Mewujudkan Wonosobo Berdaya Saing, Maju dan Sejahtera”.
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bangsa Indonesia akan mempunyai bonus demografi (demographic divident) pada tahun 2045, yaitu memiliki jumlah masyarakat yang sedang dalam usia produktif (15-64 tahun) terbanyak sepanjang sejarah. Masyarakat Indonesia yang sedang dalam usia produktif tersebut apabila dapat dimanfaatkan dan dikelola dengan baik bisa menjadi bonus demografi yang berharga.
Generasi emas adalah sekelompok orang yang diharapkan menjadi generasi penerus bagi bangsa dan negaranya sehingga harus terus diarahkan agar memiliki kualitas diri yang baik, produktif, dan berkarakter. Dalam rangka membangun generasi emas, Indonesia diperlukan pembangunan pendidikan terutama karakter, agar mempunyai pola pikir dan perilaku yang berlandaskan moral sebagai salah satu usaha membangun bangsa.
Selain itu dalam menciptakan generasi emas khususnya remaja sebagai agen perubahan (agen of change) dan sebagai calon orang tua harus mampu menghasilkan generasi yang unggul bebas dari stunting. Masalah yang dihadapi saat ini khususnya di Kabupaten Wonosobo adalah tingginya angka kasus stunting dan pernikahan dini yang disebabkan oleh berbagai faktor salah satunya karena kurangnya pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi di masa remaja. Sebagian besar remaja kurang akurat pengetahuan mengenai reproduksi dan seksualitasnya dan mereka tidak mempunyai akses untuk informasi dan pelayanan kesehatan reproduksinya.
Pendidikan karakter merupakan aspek penting untuk meningkatkan daya saing bangsa, dan dengan generasi emas yang unggul bebas stunting diharapkan dapat membawa perubahan signifikan bagi kaum muda untuk mewujudkan Wonosobo berdaya saing, maju dan sejahtera.
Rumusan Masalah
Bagaimana kaum muda yang berdaya saing?
Pendidikan Karakter guna menyikapi tantangan baru?
Bagaimana kaitan stunting dengan kesehatan reproduksi remaja guna menghasilkan generasi emas?
BAB II PEMBAHASAN
Berdaya saing atau dengan kata lain kompetitif dalam KBBI berhubungan dengan kompetisi (persaingan); bersifat kompetisi (persaingan). Sesuai dengan perkembangan jaman, daya saing SDM perlu ditingkatkan agar tetap eksis (Nagel, 2020).
Tantangan baru dunia kerja di era revolusi industri 5.0 adalah integrasi pemanfaatan internet dengan lini produksi yang memanfaatkan kecanggihan teknologi dan informasi. Sumber Daya Manusia (SDM) yang tidak menguasai literasi digital cepat atau lambat akan tersingkir. Dengan demikian, di era revolusi 5.0 sangat menuntut SDM yang memiliki daya saing yang tinggi.
Untuk menjawab tantangan era revolusi industri 5.0 tidak cukup hanya dengan literasi manusia lama, yang hanya mendasarkan pada kemampuan membaca, menulis dan menghitung. Untuk mendapatkan SDM yang kompetitif dalam industri 5.0, kurikulum pendidikan harus dirancang agar lulusannya mampu menguasi literasi baru, yaitu: (1) literasi data, (2) literasi teknologi, dan (3) literasi manusia, humanities, komunikasi dan desain (Risnita & Sohiron, 2020).
Sumber daya manusia yang berkarakter akan memiliki daya saing. Membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang berdaya saing tinggi merupakan kebutuhan yang mutlak dan mendesak di era revolusi industri 5.0. Hal ini disebabkan karena SDM merupakan salah satu sumber daya strategis yang dimiliki organisasi, yang harus terus menerus dibina dan dikembangkan secara berkesinambungan.
Memiliki keunggulan dalam persaingan merupakan harapan dari setiap perusahaan, dan hal ini tidak mudah mencapainya. Salah satu faktor penting untuk menggapai tujuan tersebut adalah dengan mengoptimalkan pengelolaan SDM. Bagaimanakah peran kompetensi dalam mewujudkan SDM yang berdaya saing tinggi di era revolusi industri 5.0? Ada tiga strategi mewujudkan SDM yang berdaya saing tinggi yaitu peningkatan kompetensi SDM, sistem pendidikan dan pelatihan, serta perubahan budaya kerja SDM (Sihite, 2018).
pendidikan karakter memiliki peran penting dalam membangun daya saing bangsa. Karakter yang dibangun meliputi sikap religius, nasionalis, integritas, mandiri dan gotong royong. Sumber daya manusia di masa depan harus dapat diterima dan sanggup bersaing bersama tenaga kerja global. Dengan pendidikan karakter, generasi emas 2045 dapat dipersiapkan dan diyakini memiliki daya saing karena nilai universal dari karakter itu sendiri.
Pendidikan karakter pada dasarnya adalah upaya dalam mewujudkan pendidikan yang dapat membentuk seorang individu memiliki sikap dan perilaku yang bermoral. Karakter tersebut dibentuk melalui pembiasaan yang dilakukan secara berulang-ulang. Oleh sebab itu, pendidikan karakter harus ditanamkan sejak dini karena dengan begitu bangsa Indonesia dapat mencetak generasi emas yang unggul.
Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai lembaga seperti keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat. Keluarga sebagai tempat utama dan pertama dalam membentuk pendidikan karakter yang baik. Sekolah khususnya peran guru tidak hanya mentransfer ilmu tetapi menjadi teladan dalam mengimplementasikan pendidikan karakter. Masyarakat sekitar memiliki peran dalam mengembangkan dan memotivasi pendidikan karakter.
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (pertumbuhan tubuh & otak) akibat kekurangan gizi kronis sehingga anak cenderung lebih pendek untuk usianya dan memiliki keterlambatan berpikir (kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal kehidupan setelah lahir, Tetapi baru tampak setelah berusia 2 tahun).
Kurang Gizi (malnutrisi)
Pola asuh buruk
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat baik sosial, fisik, dan mental yang berkaitan dengan fungsi reproduksi, peran dan system reproduksinya.
Permasalahan remaja yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi, sering kali berakar dari kurangnya informasi, pemahaman dan kesadaran untuk mencapai keadaan sehat secara reproduksi. Banyak sekali hal-hal yang berkaitan dengan hal ini, mulai dari pemahaman mengenai perlunya pemeliharaan kebersihan alat reproduksi, pemahaman mengenai proses-proses reproduksi serta dampak dari perilaku yang tidak bertanggung jawab. Remaja harus mampu menghindari permasalahan-permasalahan seiring dengan masa transisinya. Pernikahan dini, kehamilan remaja yang tidak diinginkan, dan kurangnya pendidikan mengenai kesehatan seksual dan reproduksi merupakan beberapa tantangan bagi para pemuda di Indonesia yang dapat berdampak di masa kini dan nanti.
Stunting sangat berkaitan dengan kesehatan reprodoksi remaja, karena :
anak stunting terlahir dari dampak pernikahan dini yaitu ibu terlalu muda melahirkan (dibawah 20th),
kekurangan gizi pada janin apabila terjadi kehamilan yang tidak diingkan dampak dari ketidak siapan untuk hamil,
minimnya kesadaran untuk memenuhi zat besi pada remaja putri yang beresiko melahirkan anak stunting,
remaja putra yang mengonsumsi rokok dan alcohol berdampak pada kualitas sperma sebagai bibit calon anaknya,
mental yang belum matang dan siap sebagai orang tua memungkinkan terjadinya pola asuh yang buruk terhadap bayi yang dilahirkannya.
Generasi emas menjadi generasi yang diharapkan bagi masa depan bangsa Indonesia harus terus diarahkan dan diberikan bimbingan agar dapat menjadi manusia yang unggul dan sebagai pembawa perubahan bagi bangsa Indonesia khususnya di Wonosobo.
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Guna menciptakan “Aksi Kaum Muda Mewujudkan Wonosobo Berdaya Saing, Maju dan Sejahtera” maka para remaja dan kaum muda harus terus diarahkan agar memiliki kualitas diri yang baik, produktif, dan berkarakter.
Untuk mendapatkan SDM yang kompetitif dalam industri 5.0, kurikulum pendidikan harus dirancang agar lulusannya mampu menguasi literasi baru, yaitu: (1) literasi data, (2) literasi teknologi, dan (3) literasi manusia, humanities, komunikasi dan desain.
Ada tiga strategi mewujudkan SDM yang berdaya saing tinggi yaitu peningkatan kompetensi SDM, sistem pendidikan dan pelatihan, serta perubahan budaya kerja SDM.
Pendidikan karakter dapat dijadikan sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia di Indonesia, Karakter yang dibangun meliputi sikap religius, nasionalis, integritas, mandiri dan gotong royong.
Remaja yang merupakan calon orang tua dan agen of change dalam menurunkan stunting khususnya di Wonosobo dapat dengan menjaga kesehatan reproduksinya guna melahirkan generasi emas yang unggul, berdaya saing, bebas stunting dan berkarakter.
Saran
Untuk meningkatkan kapasitas diri dan menggali potensi yang ada pada diri supaya mendapatkan bonus demografi yang berharga maka kaum muda diharpkan memenuhi program wajib belajar yaitu minimal 12 tahun. tidak hanya dengan pendidikan formal, para kaum muda juga dapat berperan aktif pada kegiatan sosial atau keorganisasian yang ada di Wonosobo untuk menumbuhkan dan melatih jiwa kepimpinan di masa mendatang, serta kaum muda dapat lebih peduli terhadap kesehatan reproduksinya guna mencegah terjadinya generasi stunting.
Para kaum muda diharapkan dapat mengisi waktu masa mudanya dengan produktif, berkarya dan berguna, memiliki akhlak dan adab yang baik, penuh semangat dan motivasi, pembelajar, tangguh, peduli kesejahteraan sesama, serta memiliki empati dan mampu menghargai orang lain.
Daftar Pustaka
Sudarman, U. (2022). Pendidikan Karakter Dalam Mewujudkan Sumber Daya Manusia Berdaya Saing Menuju Indonesia Emas 2045. UNINUS Bandung, Indonesia STAI Al-Andina Sukabumi
Yulianti. (2021). PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK MEMBANGUN GENERASI EMAS INDONESIA. Universitas Pendidikan Indonesia. Volume 5 , Nomor 1
Ahmad, A. Nurhidayah. (2020). Media Sosial dan Tantangan Masa Depan Generasi Milenial.
AVANT GARDE, VOL. 08 NO. 02, DESEMBER 2020, 134-148
Amalia, A. et al. (2022). Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Remaja Dalam Menyikapi Bonus Demografi. Program Studi Kesesehatan Masyarakat STIKIM Jakarta Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju Jl. Harapan No.50 Lenteng Agung Jakarta selatan
Komentar
Posting Komentar